oleh

Refleksi Akhir Tahun 2020 Menuju Tahun 2021

Oleh Andi Jumawi SP
Pimred www.indeks.co.id

Terkadang masa lampau mengusik kita dengan rasa bersalah dan masa depan dengan kecemasan.

Banyak hal sudah terjadi dalam hidup kita, mungkin ada diantaranya yang membuat kita tidak tenang, menyesal, marah, bingung dan perasaan ini selalu diiringi dengan rasa bersalah.

Dan rasa bersalah itu mengatakan “Seharusnya dulu aku tidak melakukannya”…*”Seharusnya saat itu aku dapat mengambil keputusan yang bijaksana dan bukan keputusan yang bodoh”….”Seharusnya aku melayani dengan tulus dan bukan untuk dilihat orang”*…dan seterusnya.

Mungkin rangkaian kata seharusnya itu akan bertalu-talu di hatimu seolah ingin menghakimimu. Kata inilah yang sering membuat kita merasa bersalah dan menjadi musuh dalam hidup kita.

Namun semua yang sudah terjadi tidak dapat kita ubah lagi. Kita tidak dapat mengubah lembaran-lembaran masa lalu kita. Charles Swindoll pernah berkata “Aku yakin bahwa hidup adalah 10% dari apa yang terjadi padaku dan 90% adalah bagaimana aku bereaksi terhadap apa yang terjadi itu”.

Hal ini berarti bahwa setiap kita bertanggung jawab terhadap sikap-sikap kita sendiri. Kita tidak dapat mengubah masa lalu, tetapi kita dapat mengubah sikap-sikap kita yang salah selama ini.

Satu hal yang istimewa bahwa kita memiliki kesempatan setiap hari untuk memilih sikap apa yang akan kita ambil untuk hari itu. Karena itu mari gunakan kesempatan itu dengan bijaksana, supaya kita tidak menyesal di kemudian hari. Kuncinya adalah berdoa, mohonlah selalu hikmat yang berasal daripadaNya Allah Tuhan Yang Maha Esa, agar kita selalu dapat memilih yang terbaik yang sesuai dengan kehendakNya.

Ketika kita menatap ke depan, musuh kehidupan kita adalah “seandainya”.
Sahabat, kata ini seringkali menjadi musuh kita, sehingga membuat kita tidak dapat menikmati indahnya bunga di taman, tidak dapat tertawa lepas seperti tawa kanak-kanak yang polos dan lugu.

BACA JUGA  Kota Sorong Sudah Ada Dua PDP Positif virus Corona,Satu Meninggal Dunia dan satu Masih Dirawat

Hal yang lebih buruk daripada rasa bersalah dan penyesalan adalah rasa cemas. Kecemasan kita sering menghantui hidup kita dengan pertanyaan-pertanyaan “Bagaimana jika saya tidak mendapatkan pekerjaan?…”Bagaimana seandainya saya tidak lulus ujian?…”Bagaimana jika gadis yang saya sukai ternyata tidak suka dengan saya? “Bagaimana…jika usaha saya ini tidak berhasil? Serta banyak kecemasan lainnya yang memenuhi benak kita.

Padahal rasa cemas yang berlebihan justru akan menghancurkan kita. Seandainya… inilah kata yang akan merampas sukacita dalam hidup kita. Lawan dari seandainya adalah kepastian.

Bagi kita yang sungguh percaya dan hanya menaruh harap pada Allah, kita tidak perlu cemas dan hidup berandai-andai. Karena Allah memberikan hidup penuh kepastian. Allah mengetahui semua rancangan-rancangan apa yang semestinya berlaku pada diri kita.

Kita tidak perlu cemas dan takut, karena hari depan kita ada ditanganNya, masa lalu kita diampuniNya dan masa kini kita dipelihara olehNya. Allah selalu hadir dalam kehidupan kita.

Ada sebuah puisi yang menggambarkan kebenaran ini. Judulnya adalah My Name is I Am (NamaKu adalah AKU ADA)

Selamat membuat resolusi untuk tahun 2021, capailah sekuat tenagamu, sisanya serahkanlah padaNya. Percayalah Allah Tuhan Yang Maha Esa selalu bersama kita.

Begitulah kira-kira apabila kita ingin menjadi lebih baik lagi.(*)

Disclaimer : Dilarang mencopy sebagian atau keseluruhan isi berita www.indeks.co.id tanpa seizin Sumber redaksi.Kecuali memiliki Izin dan Kerjasama yang tertulis. Segala pelanggaran Mencopy/Jiplak Berita,Tulisan,Gambar,Video dalam Media www.indeks.co.id bisa dituntut UU Nomor 40/1999 Tentang Pers pada Pasal 2 Kode Etik Jurnalistik menyebutkan: “Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik”.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *