oleh

Anak Cacat. Anugerah atau Aib?

 

Adalah hal yang sangat mengejutkan bagi sebagian besar pasangan yang ketika mendapati kehadiran buah hatinya dengan keadaaan lahir kurang normal seperti kebanyakn orang umum lainya. Sebuah kenyataan yang umumnya di hadapi oleh para orang tua yang memiliki anak yang lahir dengan keadaan cacat atau dengan bahasa yang baik adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Saya menemukan cerita ini dari seorang terman yang baru menyadari bahwa anaknya memiliki kekurangan. Lalu lantas ucapan itu seakan akan mereka merasa seperti tidak bersyukur atas amanah Tuhan kepada mereka.
Ketika orang tua mengubah pemikirannya menjadi lebih religius, kata kekurangan berganti dengan kata special maka serta merta berubahlah cara pandang mereka terrhadap anaknya. Buah hati mereka adalah kado terindah yg di kirimkan Tuhan sebagai amanah dalam hidup mereka.
Anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik, psikis ataupun akademik sering disebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Menurut Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kebijakan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus dijelaskan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan/keluarbiasaan baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
Secara umum Anak Berkebutuhan Khusus, atau yang sering disingkat sebagai ABK adalah suatu kondisi dimana anak memiliki karakteristik khusus yangberbeda dengan anak pada umumnya yaitu mengalami keterbatasan/keluarbiasaan baik pada fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional.
Anak dengan keadaan khusus butuh perhatian dan pemeliharaan yang khusus. Mengurus segala kebutuhannya secara maksimal dan tertentu yang membutuhkan kesabaran ekstra dibandingkan mengurus anak lainnya yang normal dan biasa biasa saja. Sebenarnya bagi orang tua untuk menerima keadaan ini bukanlah hal yg mudah pada awalnya. Ada perasaan malu, sedih, kecewa serta putus asa, juga perasaan negatif lainnya. Sampai saat ini, masih banyak orangtua yang merasa malu apabila anak mereka memiliki keterbatasan-keterbatasan baik fisik, psikis maupun akademik, sehingga orang tua berusaha dan menjaga agar anaknya tidak berinteraksi dengan anak lain ataupun masyarakat. Disamping itu banyak juga masyarakat yang anaknya normal akan tetapi melarang anak mereka untuk bergaul dan berinteraksi dengan anak yang memiliki keterbatasan fisik, psikis ataupun akademik. Masyarakat umum yang belum mengerti menganggap bahwa jika anak mereka berinteraksi dengan anak yang mempunyai keterbatasan fisik, psikis maupun akademik maka anak mereka akan ikut tertular, itu adalah pandangan yang kurang tepat,sikap orang tua yang demikian itu akan membuat keadaan semakin parah dan menyebabkan potensi yang dimiliki anak tidak berkembang secara optimal. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 157 Tahun 2014 Tentang Kurikulum Pendidikan Khusus Pasal 4 anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi: Tunanetra, Tunarungu, Tunawicara,Tunagrahita, Tunadaksa, Tunalaras, berkesulitan belajar, lamban belajar, Autis, memiliki gangguan motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain dan memiliki kelainan lainnya.
Menurut saya, sudah seharusnya orang tua dan masyarakat menerima ABK sebagai subjek khusus yang perlu diperlakukan secara khusus pula. Tidak menggucilkan dan tidak memandang sebelah mata kepada mereka. Agar tumbuh kepercayaan diri dengan penerimaan di lingkungannya. Dari hasil penelitian beberapa study kasus dan tesis para mahasiswa psikologi, ini hampir semua orangtua melalui keseluruhan tahapan demi tahapan dalam fase penerimaan diri mulai dari tahapan penolakan, kemarahan, depresi, menawar, penolakan,kemarahan,depresi,menawar sampai dengan tahapan
penerimaan.
Pada tahap awal kehadiran anak, para orang tua yang menjadi subjek penelitian mengalami penolakan terhadap kehadiran anak. Mereka mengalami perasaan syok,
stres, sedih, bingung sehingga menimbulkan pengaruh terhadap psikis berupa
perasaan dan emosi negatif seperti rasa kawatir marah,emosi, dan frustasi
dalam diri.. Pada tahapan kemarahan mereka berupaya mengungkapkan emosi dan kegelisahannya bahwa kehadiran anak menimbulkan perasaan tidak percaya,marah,stres dan terguncang atas kondisi ini yang membuat frustasi dan menolak kehadiran anak.dengan kondisi yang mengalami kekurangan.
Pada tahap depresi munculah rasa bersalah dalam diri maupun menyalahkan orang lain dengan mengungkapkan perasaan marah dan bersalah dikarenakan kondisi psikis mereka pada saat itu mereka masih dalam kondisi tertekan dan adanya perasaan emosional yang berat. Pada tahapan menawar mereka berusaha berdamai dengan keadaan. Para orangtua merasa masih bisa bersyukur ketika membandingkan dengan anak lain yang mengalami kecacatan yang lebih parah. Para orangtua mulai menyadari bahwa pelampiasan berupa tindakan negatif tidak akan menyelesaikan masalah.
Pada tahapan penerimaan diri, orangtua mulai menanamkan harapan besar pada anak-anaknya dengan berusaha memberikan perhatian dan kasih sayang dengan berbagai upaya seperti memberikan terapi pada anak dan mulai menjalani hari-hari dengan lebih bersemangat karena merasa bahwa anak adalah anugerah Allah yang harus dirawat dengan baik, menerima dengan ikhlas dan pasti ada hikmah dibalik itu semua tanpa
memungkiri ada perasaan negatif yang terkadang masih sering muncul.
Sebaik mungkin para orangtua berupaya untuk mendekatkan diri pada Allah dengan mengajak keluarga beribadah bersama dan mulai mengajarkan ajaran agama kepada anak-anak mereka meskipun banyak kendala yang dihadapi karena butuh kesabaran yang lebih. Bahwa proses penerimaan terhadap anak berkebutuhan khusus dalam keluarganya membutuhkan waktu dan proses yang panjang dari penolakan kehadiran anak hingga sampai pada kesadaran untuk menerima dengan sebuah keyakinan bahwa semua yang diberikan Allah adalah sebuah amanat yang harus diemban dan
diterima oleh karena bagaimanapun juga anak itu adalah rezeki yang
harus disyukuri. Dengan mensyukuri atas apa yang diterima dan dimiliki, maka semakin mudah menerima kehadiran anak berkebutuhan khusus dalam keluarganya. Rasa syukur orangtua sangat dipengaruhi oleh pemahaman mereka terhadap keyakinan dan pengamalan agamanya dengan sebuah kesadaran bahwa orang tua yang dianugerahi anak dengan kondisi mengalami kekurangan tetaplah harus disyukuri, sehingga dengan pemahaman ini semakin mudah menerima kehadiran anak berkebutuhan khusus.
Apabila kita lihat dari penerimaan masyarakat terhadap anak-anak berkebutuhan khusus, masih banyak terlihat ketidaknyamanan terhadap perlakuan mereka. Hal ini membuat ruang lingkup pergaulan anak yang memiliki keterbatasan fisik, psikis maupun akademik semakin sempit dan terbatas, anak yang memiliki keterbatasan akan dipandang sebelah mata oleh masyarakat, akan dianggap tidak mempunyai kemampuan, kecerdasan dan potensi lemah atau pendapat lainnya, anak akan semakin di pandang kurang memiliki masa depan yang cerah, lebih parah lagi anak akan dianggap sebagai anak yang hanya bisa merepotkan kedepannya
Disinilah peran social dibutuhkan, untuk memberi dukungan moral kepada mereka. Komunitas komunitas yang dibangun berdasarkan persamaan pengalaman dan rasa, menjadi sebuah kekuatan bagi para orang tua untuk saling memberikan suport dan dukungan. Bahkan sekedar berbagi cerita mampu mengurangi beban pikiran yang efeknya bisa langsung dirasakan bermanfaat. Wasallam.

Penulis : Gustriana Soyan
Mahasiswi Universitas Iskandarmuda Aceh
Redaksi/PUBLIZHER : Andi Jumawi

Disclaimer : Dilarang mencopy sebagian atau keseluruhan isi berita www.indeks.co.id tanpa seizin Sumber redaksi.Kecuali memiliki Izin dan Kerjasama yang tertulis. Segala pelanggaran Mencopy/Jiplak Berita,Tulisan,Gambar,Video dalam Media www.indeks.co.id bisa dituntut UU Nomor 40/1999 Tentang Pers pada Pasal 2 Kode Etik Jurnalistik menyebutkan: “Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik”.
BACA JUGA  URUTAN PEMBERIAN SADAQAH

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *