oleh

Harga Minyak Mentah Naik Respon Sanksi ke Iran

WWW.indeks.co.id, New York – Harga minyak mentah menguat pada hari Senin (8/7/2019) pada ketegangan atas program nuklir Iran. Tetapi keuntungan dibatasi oleh kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global dan akibatnya permintaan minyak.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 15 sen, atau 0,3%, menjadi menetap di US$57,66 per barel.
Iran pada hari Senin mengancam untuk memulai kembali sentrifugal yang dinonaktifkan dan meningkatkan pengayaan uranium menjadi 20% dalam suatu langkah yang selanjutnya mengancam perjanjian nuklir 2015 yang ditinggalkan Washington tahun lalu.
Washington telah memberlakukan sanksi yang menghilangkan manfaat yang seharusnya diterima Iran sebagai imbalan atas persetujuan untuk mengekang program nuklirnya berdasarkan kesepakatan 2015 dengan kekuatan dunia. Konfrontasi telah membawa Amerika Serikat dan Iran hampir mengalami konflik, dengan Presiden AS Donald Trump membatalkan serangan udara bulan lalu beberapa menit sebelum dampak.
Pada hari Minggu, Trump mengeluarkan peringatan lain atas kegiatan nuklir Iran. “Mereka sebaiknya berhati-hati,” katanya.
Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan pada hari Minggu bahwa ia sangat berharap peningkatan ekspor minyak mentah negara itu, TV pemerintah melaporkan.
“Kami melihat cukup banyak kemungkinan konflik militer untuk menahan penurunan harga baru yang mungkin didorong oleh meningkatnya ekspektasi akan melambatnya jalur pertumbuhan ekonomi global,” kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan seperti mengutip cnbc.com.
Harga minyak tetap di bawah tekanan dari kekhawatiran yang masih ada tentang permintaan karena perang perdagangan AS-China telah mengurangi prospek pertumbuhan ekonomi global.
Pesanan mesin inti Jepang turun untuk pertama kalinya dalam empat bulan di bulan Mei, penurunan bulanan terbesar dalam delapan bulan di tengah tanda yang mengkhawatirkan bahwa ketegangan perdagangan global telah mengurangi investasi perusahaan.
Goldman Sachs mengatakan pertumbuhan produksi serpih AS kemungkinan akan melampaui permintaan global setidaknya sampai 2020 dan membatasi kenaikan harga minyak meskipun pembatasan produksi dipimpin oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak.
Sebagai tanda kekhawatiran yang meningkat atas permintaan, investor memotong posisi long ICE Brent bersih mereka dengan 6.748 kontrak menjadi 248.006 dalam seminggu hingga 2 Juli.
REDAKSI/INILAHCOM
BACA JUGA  Luhut Juga Minta Tangguhkan Penahanan Soenarko
Disclaimer : Dilarang mencopy sebagian atau keseluruhan isi berita www.indeks.co.id tanpa seizin Sumber redaksi.Kecuali memiliki Izin dan Kerjasama yang tertulis. Segala pelanggaran Mencopy/Jiplak Berita,Tulisan,Gambar,Video dalam Media www.indeks.co.id bisa dituntut UU Nomor 40/1999 Tentang Pers pada Pasal 2 Kode Etik Jurnalistik menyebutkan: “Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik”.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *