KENDARI, indeks.co.id —- Rabu 13 Maret 2024 |Dalam kehidupan yang semakin modern ini, pengaruh globalisasi kian kita rasakan. Semangat untuk saling membangun dan memelihara tali silaturahim saling menghormati, saling menjaga dan memelihara Pointau (saling memahami saling menguatkan) menjadi makin berkurang. Sebaliknya yang terjadi justru saling ejek, saling bertengkar, saling menjatuhkan satu sama lain.
Hal ini biasa kita saksikan diberbagai media sosial, Instagram, Tiktok dan konten-konten lainnya, dan anehnya justru hal ini yang seringkali menjadi tranding. Karena itulah pada akhirnya yang mendasari pikiran-pikiran kami saat ini tentang pentingnya menghidupkan kembali kebersamaan dan persatuan sesama kita (Kaseiseha).
Kaseiseha yang dimaksud, bukan dalam konteks politik tetapi dalam konteks budaya, sebagaimana yang disampaikan oleh Pak Laode Riago dalam kunjungannya di kediaman Ketua Lembaga Adat Kerajaan Muna baru-baru ini.
Dalam berbagai kesempatan, Pak La Ode mengatakan bahwa pentingnya kita berkumpul dalam sebuah wadah untuk mengeratkan silaturahim, menyatukan persepsi dalam visi misi kebudayaan sehingga itulah yang mendasari gerakan kita hari ini.
Dalam kunjungan ini kami akan lanjutkan untuk berziarah ke makam-makam para leluhur baik yang ada di Muna, di Buton, di Kendari, di Kolaka, bahkan diluar Sulawesi Tenggara seperti di Gowa, di Bone, di Luwuk , daratan pulau Sumatera, di pulau Seram, di Kei, Maluku, Ternate, Maluku Utara bahkan mungkin sampai keluar negeri. Rencana itu sedang kami susun roadmap-nya.
Apa yg dipetik dalam kunjungan ini?
Secara spiritual, tentu ada banyak hal namun lebih penting bahwa dalam keseharian kita perlu merefleksi atau mengingat Kembali napak tilas perjalanan para pendahulu kita sebagaimana mereka telah berhasil memelihara dialektika Pointau sehingga mereka bisa menjadi panutan dan kita bisa mengambil hikmah.
Senada dengan itu, Bapak Ahmad Zakaria yang juga turut hadir dalam kunjungan-kunjungan dan ziarah di beberapa maqam para pemimpin masa lalu mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Pak La Ode spirititnya adalah mencoba memulai membangun kebersamaan lewat pesan-pesan budaya dan tradisi lisan warisan leluhur kita di masa lalu.
Pendahulu kita telah memulai dengan menjunjung tinggi Pointau, yang dalam arti luas adalah satunya kata dan perbuatan yang didasari dengan semangat yang tertuang dalam naskah lisan Wambano Toba sebagai warisan leluhur budaya Muna.
Dalam melaksanakan perjalanan silaturahim dan spiritual Pak La Ode juga menyempatkan diri berkunjung di istana tua peninggalan raja dan kesultanan Buton untuk melihat dari dekat dan berdialok langsung dengan keluarga kerajaan dan tak lupa berpesan agar kita saling mengunjungi sehingga semangat kebersamaan kita tetap bersemayam dihati kita masing-masing, sebagaimana yang telah diwariskan para pendahulu kita.
Dalam pertanyaan beberapa awak media kepada Pak La Ode, apakah kunjungan ini ada misi lain, politik misalnya!
Beliau dengan tegas menjawab,
Saya ini bukan politisi, bukan pengurus partai apapun, bukan calon gubernur atau bupati / walikota, bukan pula Caleg. Kehidupan saya yang Allah berikan saat ini bagi saya, sudah lebih dari cukup dan semua yang saya dapat ini milik Allah sehingga ketika saya mendapatkannya saya merasa berkewajiban untuk membangun kebersamaan.
Sekali lagi saya tegaskan bahwa apa yang saya lakukan ini semata-mata untuk menyumbangkan sebahagian rezeki dalam bentuk membangun dan menyambung silaturahim melalui pendekatan peradaban dan kebudayaan agar kita selalu dalam kedamaian. Itu saja pungkasnya!. (NN/IE)
Redaksi/Publizher ; Andi Jumawi