KENDARI, INDONESIA EKSPRESS — Pernyataan yang dilontarkan oleh mantan Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Nur Alam, yang mengkritik kelayakan calon gubernur berdasarkan asal kesukuan telah menimbulkan kontroversi dan kecaman. Tim Hukum pasangan calon Andi Sumangerukka (ASR) dan Hugua, yang diwakili oleh Musafir, menilai bahwa komentar tersebut tidak saja menyesatkan tetapi juga tidak mendukung peningkatan kapasitas intelektual masyarakat. Lebih lanjut, mereka menyampaikan keprihatinan bahwa pernyataan tersebut berpotensi merusak prinsip keberagaman dan demokrasi yang telah dibangun di Sultra.
Musafir menegaskan bahwa Sultra, sebagai wilayah multietnis, mengedepankan harmoni dan persatuan di antara suku-suku seperti Tolaki, Buton, Muna, Moronene, Bugis, dan Bajo. Ia menekankan bahwa keragaman ini menjadi kekuatan utama bagi kemajuan provinsi tersebut. Menurutnya, pilkada adalah momentum untuk memilih pemimpin berdasarkan kompetensi, bukan asal-usul kesukuan.
Dalam konteks demokrasi, Musafir menyatakan bahwa hak untuk mencalonkan diri harus dijamin tanpa adanya diskriminasi berdasarkan faktor regionalisme. Ia menilai pernyataan Nur Alam tidak hanya tidak akurat, tetapi juga dapat memecah belah masyarakat Sultra. Menonjolkan isu kesukuan dianggapnya bertentangan dengan semangat kebangsaan dan keberagaman yang diyakini oleh masyarakat setempat.
Musafir menyoroti pentingnya inklusivitas dalam kepemimpinan daerah, di mana seorang pemimpin diharapkan mampu merangkul semua lapisan masyarakat tanpa memandang latar belakang suku atau daerah asal. Ia menekankan bahwa mengedepankan isu kesukuan dalam P. ilkada dapat mengganggu harmoni yang selama ini telah terjaga dengan baik di Sultra.
Selain itu, Tim Hukum ASR-Hugua juga mengingatkan bahwa hak untuk mencalonkan diri sudah dijamin oleh konstitusi. Mereka menegaskan bahwa semua warga negara memiliki hak yang sama dalam hal ini, tanpa memandang asal daerah atau suku. Pernyataan diskriminatif dianggap tidak sejalan dengan semangat kesetaraan dan kebangsaan yang harus dijunjung tinggi.
Musafir menambahkan bahwa regenerasi kepemimpinan di Sultra sangat penting. Pasangan ASR-Hugua diharapkan dapat membawa perubahan dari praktik oligarki politik yang selama ini dominan di daerah tersebut. Masyarakat Sultra didorong untuk memberikan dukungan kepada pemimpin yang memiliki visi jelas untuk kesejahteraan semua lapisan masyarakat, tanpa memandang asal-usul kesukuan. ASR-Hugua diyakini mampu menjawab harapan tersebut melalui program-program unggulan yang bertujuan untuk pemerataan pembangunan dan pemberdayaan ekonomi rakyat.
Dengan elektabilitas yang terus meningkat, pasangan ASR-Hugua dianggap sebagai pilihan yang diharapkan oleh masyarakat Sultra untuk memimpin dengan integritas dan visi yang jelas menuju pembangunan daerah yang lebih baik. Pemilihan pemimpin yang mampu mempersatukan dan menghargai keberagaman dianggap sebagai langkah positif untuk memajukan Sultra ke depan.(AJM)
Redaksi/Publizher ; Andi Jumawi