Kab.BoneNasionalPOLRISULAWESI SELATAN

Viral, Kuli Pengangkut Gula Dihina Tak Akan Bisa Jadi Polisi, Kini Lulus Bintara Polri

495
×

Viral, Kuli Pengangkut Gula Dihina Tak Akan Bisa Jadi Polisi, Kini Lulus Bintara Polri

Sebarkan artikel ini
Listen to this article

INDEKS.CO.ID, BONE – Inilah kisah perjuangan Rahmat Daniel, kuli pengangkut gula yang berhasil lulus jadi polisi hingga viral di media sosial.

Pemuda 19 tahun ini sedang jadi sorotan warganet karena perjuangannya yang berbuah manis.

Bekerja keras menjadi kuli pengangkut gula, menerima ejekan sana-sini, Rahmat mampu membuktikan kesuksesannya.

Impiannya menjadi abdi negara terwujud

Pemuda asal Sulawesi Selatan dinyatakan lulus sebagai anggota olri tahun anggaran (TA) 2024.

Rahmat adalah anak bungsu dari lima bersauara.

Ia lahir dari pasangan suami istri bernama Hasanuddin dan Nurmiah.

Sehari-hari orang tua Rahmat bekerja sebagai buruh serabutan di salah satu desa terpencil, yaitu Desa Tapong, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Demi mewujudkan cita-citanya, Rahmat berjuang esktra dengan penuh ketekunan.

Dirinya pun sempat ragu di tengah impitan ekonomi keluarga.

Rahmat tidak menyembunyikan rasa bahagia dan harunya ketika dinyatakan lolos pendidikan bintara Polri TA 2024 Polda Sulsel.

Rahmat bercerita, awalnya ia berani mendaftarkan diri sebagai anggota Polri.

Ia mengatakan, saat itu, beberapa personel Polda Sulsel datang di sekolahnya untuk memberikan sosialisasi dan informasi terkait perekrutan anggota Polri.

“Waktu itu saya sudah mau lulus sekolah, ada panita pendaftaran datang kasih informasi bahwa akan dibuka pendaftaran (Polri). Saya pertama ragu karena orangtua saya tidak ada biaya,” ucap Rahmat, Minggu (7/7/2024).

Setelah itu, Rahmat akhirnya meminta restu kedua orangtuanya untuk mendaftarkan diri.

Kedua orang tua Rahmat pun juga menyetujui kemauan putra bungsunya tersebut.

Jadi kuli pengangkut gula untuk dapat uang

Rahmat menyadari kondisi kedua orang tuanya yang memasuki usia senja dan hanya bekerja serabutan menjadi buruh tani hingga butuh bangunan tidak bisa mencukupi biaya pendaftaran.

BACA JUGA  Jaksa Agung RI : Perilaku Koruptif Selain Merugikan Negara Juga Merusak Sektor Ekonomi Negara

“Saya sekolah di kota karena di desa saya itu tidak ada SMA, jadi saya cuma sampai sekolah SMP di desa. Itu juga waktu SMA saya menumpang tinggal di rumah keluarga di kota,” bebernya.

Saat memasuki libur sekolah, Rahmat pulang ke desanya dan harus menempuh waktu sampai 4 jam dari kota Kabupaten Barru.

Di sana, Rahmat berusaha membantu ekonomi keluarga sekaligus menabung untuk biaya pendaftaran sebagai anggota Polri pada saat itu.

“Saya waktu urus berkas untuk dapat uang itu, saya pergi bantu-bantu orang angkat gula, bantu panen padi, di situ upah saya kumpul untuk urus administrasi,” kata Rahmat.

Ia berharap, setelah dinyatakan lolos dan bakal mengikuti pendidikan Polri TA 2024 di Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua Polda Sulses pada 22 Juli mendatang, ia mampu membanggakan kedua orangtuanya.

“Sekarang saya anak gunung pedalaman bisa mengangkat derajat orangtua, apalagi di desa saya sendiri ini kampung terpencil. Itu mimpi besar saya mau jadikan motivasi para pemuda di desa saya agar jangan menyerah kejar mimpi,” ungkapnya.

Utang ke tetangga

Ibu Rahmat, Nurmiah tidak bisa menahan air matanya ketika mengetahui putranya lolos menjadi anggota Polri.

Nurmiah bercerita, ketika awal putra bungsunya itu meminta restu untuk ikut mendaftar dirinya sempat ragu dengan biaya.

Akan tetapi, keraguan Nurmiah hilang ketika melihat kegigihan anaknya

“Saya juga tidak ada kerja pak, jadi kalau ada (warga) berkebun tanami kacang, dia (Rahmat) juga bantu saya kalau dia datang dari sekolah. Kalau ada suruh dia pergi angkat gula biar itu hujan pergi juga, biar itu banjir sungai pergi juga,” ungkap Nurmiah.

“Pakaian, perlengkapan itu dipinjam untuk dipakai mendaftar, bolak-balik ke Bone (biaya) saya pinjamkan dulu (ke tetangga), nanti kalau ada pendapatan kita ganti,” tambahnya.

BACA JUGA  Erick: BUMN Akan Relokasi Hunian Sementara Korban Erupsi Semeru

Selama pendaftaran, Rahmat disebut hampir tidak pernah meminta biaya kepada kedua orang tuanya.

Rahmat bekerja mandiri mengangkat hasil panen gula warga desa menuju pengepul

“Tidak pernah dia kasian minta uang sama saya karena dia tahu saya tidak ada pendapatanku. Jadi, dia itu kalau mau pergi saya bilang ada uang, bilang (iya) cukup ji ma,” ungka Nurmiah.

Nurmiah hanya bisa mengucap rasa syukur melihat sang buah hati bisa meraih mimpinya walaupun dengan proses yang sangat luar biasa.

“Saya syukuri sekali (lulus) karena saya itu di sini kampung tidak ada sekali apa-apa (tidak mampu). Harapan saya dia bisa tetap berbakti kepada orangtua, kepada negara, kepada semua masyarakat. Saya mendoakan supaya anak saya ini bisa menjalankan tugasnya dengan baik,” ujar dia.

Diejek tak bisa lolos polisi

Keluarga Rahmat disebut pernah mendapatkan ejekan dari beberapa orang karena dinilai tidak mampu dari segi ekonomi untuk mendaftar sebagai anggota Polri.

“Saat itu banyak yang ragu-ragu, karena seperti diketahui mendaftar Polisi tidak gampang dan tidak mudah. Ketika mendaftar ini, banyak kasihan warga yang mengejek-ejek. Dianggap keluarga yang tidak mampu, bahkan dia penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH),” kata kerabat Rahmat, Ridwan, saat ditemui terpisah.

Bahkan, pemuda 19 tahun itu sempat dilarang mendaftar oleh teman-teman sekolahnya.

Akan tetapi, dorongan keluarga dan orang tua membuat Rahmat tetap kekeh untuk mendaftar.

“Banyak yang hina, katanya janganmi (tidak usah) mendaftar, dimanaki (dari mana) mau ambil uang, karena mendaftar itu pakai uang. Tapi, saya tetap dorong kasihan agar ini anak tetap mendaftar,” ucap Ridwan.

Ridwan yang juga Kepala Desa Tapong tempat Rahmat besar itu mengatakan diterimanya Rahmat menjadi anggota Polri menjadi sebuah kebanggan tersendiri.

BACA JUGA  PT. TBS Kembali Mendapat Kecaman Akibat Ulahnya

Bagaimana tidak, desa terpencil dan baru merasakan listrik pada 2018 silam itu Rahmat lah putra pertama yang bisa menjadi anggota Polri.

“Alhamdulillah, dia (Rahmat) orang pertama di Desa Tapong yang diberikan kesempatan mengikuti pendidikan Polisi. Kami juga bisa mengatakan bahwa apa yang dikatakan orang di luar sana tidak benar. Keluarga tidak mampu, terbukti mendaftar polisi, tidak ada dibayar apapun tapi bisa lolos,” pungkasnya.(NN/IE)

Bone 14 Juli 2024

Redaksi/Publizher ; Andi Jumawi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

DILARANG MENCOPY/PLAGIAT DAPAT DI PIDANA

error: Content is protected !!