SOPPENG, INDEKS.co.id – Proyek penerjemahan Kitab Taurat ke dalam bahasa Bugis yang dipimpin oleh konsultan asing Mr. Douglas menuai pro-kontra di masyarakat. Di satu sisi karya ini dipuji sebagai upaya pelestarian literasi, namun di sisi lain memicu pertanyaan serius mengenai motivasi, relevansi, dan kriteria ilmiah yang digunakan.
BACA JUGA ;
Masyarakat Pertanyakan Motivasi
Sejumlah warga dan tokoh masyarakat di Soppeng mempertanyakan alasan penerjemahan kitab yang dikenal sebagai kitab suci umat Yahudi itu ke bahasa Bugis.
“Di Soppeng hanya ada dua agama negara, Islam dan Kristen. Kita ingin tahu apa tujuan penerjemahan ini, apakah hanya untuk literasi atau ada agenda lain,” ujar seorang aktivis pemuda, Senin (29/9/2025).
Apakah Memenuhi Kriteria Ilmiah?
Sejumlah akademisi menyoroti klaim bahwa karya ini adalah karya ilmiah.
“Terjemahan kitab suci tidak bisa diterbitkan sembarangan. Ada kaidah akademik yang harus dipenuhi: sumber naskah jelas, metode terjemahan transparan, dan harus ada review dari lembaga berwenang,” kata seorang dosen agama di Soppeng.
Ia juga menyoroti kapasitas penyusun.
“Publik perlu tahu siapa Mr. Douglas, latar belakang akademiknya, dan lembaga yang memberi mandat. Tanpa itu, sulit disebut memenuhi kriteria ilmiah,” tambahnya.
KAHMI: Perlu Uji Terbuka
Presidium KAHMI Soppeng, A. Akbar, mendesak agar karya ini diuji secara akademik sebelum didistribusikan.
“Kalau memang ini karya ilmiah, tentu bisa dipertanggungjawabkan di hadapan publik. Kami minta keterlibatan tokoh agama dan akademisi lokal untuk memastikan terjemahan ini sesuai kaidah kitab suci,” tegas A. Akbar.

Dewan Pendidikan: Perpustakaan Jangan Terima Sumbangan
Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Soppeng, Dr. Nurmal Idrus, meminta seluruh sekolah dan perpustakaan untuk menahan diri.
“Kami meminta semua sekolah, perpustakaan desa, dan perpustakaan daerah tidak menerima sumbangan kitab ini sebelum ada rekomendasi resmi dari Kementerian Agama dan pakar bahasa,” tegas Dr. Nurmal.
BACA JUGA :
Menurutnya, distribusi bebas kitab ini berpotensi menimbulkan kebingungan di kalangan pelajar.
“Kami tidak ingin peserta didik mempelajari materi yang belum jelas otoritas dan keabsahannya,” tambahnya.
Publik Tunggu Penjelasan Penyusun
Hingga berita ini diturunkan, Mr. Douglas belum memberikan pernyataan resmi mengenai motivasi, sumber naskah, dan metode penerjemahan yang digunakan. Masyarakat Soppeng kini menunggu klarifikasi untuk memastikan karya ini benar-benar memenuhi standar ilmiah dan tidak menimbulkan keresahan sosial.(Tim)
Redaksi/Publizher ; Andi Jumawi
















