MALAKA, indeks.co.id — Sebuah kertas karton bertuliskan “Wa hemu sosa hai Ti’an” atau artinya Air Kini Tak Beli Lagi dibentangkan seorang siswa. Karton berwarna putih bertuliskan tinta warna merah itu dibentangkan siswa SMA Plus St. Albertus, Desa Bakiruk, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur saat kunjungan Menteri Sosial Tri Rismaharini, Senin 18 Desember 2023.
Bentangan karton tersebut sebagai ungkapan terima kasih kepada Mensos Tri Rismaharini karena siswa kini tidak perlu lagi membeli air setelah Kemensos memasang mesin pengelola air, Reverse Osmosis (RO). Teknologi RO mampu mengubah air sumur menjadi siap minum.
Adalah Yohanes Kelvin Akoit (18), Siswa Kelas 3 SMA Plus St Albertus, yang membawa tulisan tersebut.
Ia mengaku instalasi air siap minum yang dipasang di sekolahnya dapat memberikan keringanan ekonomi.
“Air tidak beli lagi, dulu beli air. Beli ya karena cuaca Malaka ini sangat panas sehingga air itu kami bisa habiskan sampai 4 dus di sekolah ini,” katanya saat ditemui pasca peresmian Instalasi Pengelolaan Air Terpadu di Malaka, Senin (18/12).
Sebelum dipasang RO, ia dan teman-temannya harus merogoh kocek Rp500 untuk membeli 1 gelas air mineral berisi 240 ml.
Dengan kondisi Malaka yang panas, tentunya kebutuhan air minum menjadi sangat besar.
Semakin panas, semakin banyak uang saku yang harus ia keluarkan untuk membeli air minum.
Bagi Kelvin, adanya air siap minum tidak hanya membantu meringankan beban ekonomi, tapi juga membantu memelihara bumi.
“Adanya air ini kami bisa mengurangi sampah plastik dan bisa membantu ekonomi kami di sekolah.
Kami datang sekolah tidak membawa uang, datang kami bisa ambil air. Dari rumah tinggal bawa botol air saja sehingga sampai sekolah isi dan minum,” ujarnya.
Manfaat yang ia rasakan itu membuat Kelvin dan teman-temannya menulis poster berisi ucapan terima kasih kepada Menteri Sosial Tri Rismaharini. Bagi Kelvin instalasi air sangat bermanfaat bagi masyarakat Malaka.
Sementara itu, Mensos mengatakan konsennya pada kebutuhan air bersih bagi pertumbuhan anak.
Di beberapa daerah, Mensos menemukan banyak warga dalam satu komunitas yang memiliki kondisi disabilitas. Setelah ditelusuri, ternyata sumber air yang dikonsumsi mengandung logam dan bakteri.
Di Malaka sendiri, sumber air cukup bersih. Artinya tidak banyak mengandung zat berbahaya.
Namun untuk di sekolah, Mensos secara khusus memasang RO agar anak-anak bisa langsung mengonsumsi air bersih.
“Kenapa air siap minum kalau di sekolah, seringkali anak anak tidak membawa bekal.
Maka air ini bisa langsung siap di minum sehingga anak-anak tidak perlu membawa bekal atau meminta uang saku untuk membeli minum karena haus,” kata Mensos.
Kemensos memasang 18 instalasi pengolahan air terpadu siap minum di 18 titik termasuk di sekolah tersebut. Instalasi pengolah air lainnya dipasang di gereja, mesjid, sekolah dan perkampungan di Kabupaten Malaka.
Sebanyak RO berkapasitas 1.500 liter dipasang di 15 titik, kapasitas 3.000 liter di 1 titik, dan kapasitas 6.000 liter di 2 titik.(NN/IE/AJ)
Redaksi/Publizher ; Andi Jumawi