INDEKS.CO.ID | JAKARTA_Awal membaca sebuah kasus perundungan dan pelecehan seksual di instansi KPI membuat saya bertanya-tanya, apakah di instansi sebesar KPI masih ada perbedaan antar pegawai?
Perundungan di kantor tentu ada… biasanya karena pegawainya terlalu songong atau terlalu cupu. Bisa juga karena pegawai sangat berprestasi, dianggap tukang cari muka, super duper ganteng atau cantik atau malah sebaliknya. Ujar Yusi Yusuf dalam siaran persnya yang diterima redaksi, sabtu 04/09.
Yusi mengatakan bahwa semua tergantung darimana kita memandang. Masalah disuruh-suruh senior beli makanan, fotocopy atau kerja remeh temeh yg ga sesuai tupoksi ya sudah biasa.
Tapi ya itu, sekedarnya… tidak sampai parah dan main fisik, apalagi sampai coret-coret bagian tubuh. Sudah masuk kriminal itu.
Kasus di KPI cukup unik karena lembaga ini dipimpin oleh komisioner-komisioner dengan masa waktu tertentu. Komisioner-komisioner tersebut berganti, tapi pegawai tetap itu. Ungkap Ketua Forum Lingkar Pena (FLP Jakarta) periode 2013-2015 tersebut.
Jujur, membaca kasus MS dan KPI ini saya justru tidak fokus, karena terdistract juga dengan pembebasan artis Syaiful Jamil.
Dilalah, sore-sore, saya baru dapat kabar kalau korban kasus pembullyian itu adalah MS, rekan, junior saya dan anggota aktif di FLP Jakarta. Dia bergabung di FLP Jakarta saat saya memimpin cabang itu selama dua tahun (2013-2015).
“Kaget sejadi-jadinya, dan saya langsung komunikasi intens dengan rekan-rekan lain”.
MS adalah sosok yang baik, ceria dan cukup manis. Sama sekali tidak terbayangkan dia mengalami kejadian yang menjijikan. Dan yang paling menyedihkan adalah laporan-laporannyanya dianggap lalu oleh pihak-pihak yang mustinya melindungi rakyat.
Mentalnya kacau, keluarganya menghadapi serangan psikis dan entah bagai mana pedih hati ibunya… duh gusti…
Jujur, saya tidak berani menghubungi MS. Kondisinya sangat terguncang, namun saya yakin sekali bahwa laporannya, dan tuturannya adalah benar-benar apa yang dia alami selama ini.
Biasanya korban perundungan di kantor pasti ada yang membela. Entah boss, bagian HR, pegawai senior atau orang -yang setidaknya mampu berpikir normal.
Titik ini yang saya bingung, masa iya diantara sekian banyak pegawai? Pelaku2 itu semua bapak-bapak kan?? Punya anak dan keluarga???
Yang Saat ini muncul di kepala saya adalah kemungkinan-kemungkinan pementahan kasus ini, dianggap laporan mengada-ngada atau laporan palsu atau malah pencemaran nama baik instansi yang justru akan berbalik arah menyudutkan dia.
MS adalah KORBAN
Sebagai salah satu relasi, saya menunjukan posisi disampingnya bahwa saya berada disisinya dengan memerhatikan kasus ini hingga tuntas. Tidak serta merta menguap begitu saja atau malah berbalik arah menyerang MS.
Korban tetap korban, jangan digiring menjadi pelaku kejahatan, seperti cerita-cerita di film India, pungkasnya.
REDAKSI : ANDI JUMAWI SP